
Melon (Cucumis melo
L.) merupakan tanaman buah semusim yang berasal dari lembah persia, Mediternia.
Dari daerah asalnya, melon kemudian menyebar ke Eropa dan Timur Tengah. Pada
abat ke-14, Colubus membawa tanaman ini ke Amerika, yang kemudian banyak tumbuh
di daerah California, Texas, dan Colorado. Selain Colombus, Bangsa Moor juga
banyak berjasa mengembangkan tanaman ini. Melon kemudian mengalami perkembangan
jenis di Jepang, Cina, India, Spanyol, dan Iran.
Buah melon masuk ke Indonesia dan mulai dibudidayakan
pada tahun 1970. pada saat itu, melon menjadi buah yang bergengsi tinggi dan
sangat mahal. Konsumennya punterbatas, hanya kalangan yang tergolong ekonomi
tinggi. Namun , buah yang mengandung banyak air kini sudah bisa dinikmati semua
kalangan. Bahkan, tanaman ini sudah dibudidayakan secara luas di Indonesia.
Kalianda (Lampung) dan Cisarua (Bogor) merupakan daerah pertama yang mengembangbiakkan melon secara serius. Selanjutnya daerah ngawi dan madiun (Jawa Timur)., serta Boyolali dan Klaten (Jawa Tengah) menjadi sentra penghasil melon yang cukup dominan.
Kalianda (Lampung) dan Cisarua (Bogor) merupakan daerah pertama yang mengembangbiakkan melon secara serius. Selanjutnya daerah ngawi dan madiun (Jawa Timur)., serta Boyolali dan Klaten (Jawa Tengah) menjadi sentra penghasil melon yang cukup dominan.
Era 1990-an merupakan puncak pengembangan melon di
Indonesia. Pada saat itu, melon sangat ramai dibudidayakan oleh para pekebun.
Tidak saja ditanam di lahan-lahan pertanian, melon juga mulai dikembangkan
dirumah kaca. Cara penanamannya pun mengalami perkembangan. Ada yang ditanam di
dalam pot dengan media tanah, ada pula yang ditanam dengan sistem hidroponik.
Pada tahun-tahun itu pula indonesia kebanjiran benih berbagai varietas melon
dari berbagai negara produsen.
Benih melon yang paling banyak ditanam adalah benih yang
berasal dari taiwan. Hal ini berkaitan erat dengan sejarah awal pengembangan
melon di Indonesia. Pada awal pembudidayaan melon, pekebun masih menemui banyak
kendala dalam teknik budidayanya. Untuk mengatasi permasalahan ini, Indonesia
mendatangkan tenaga ahli dari taiwan. Karena itu, tak heran jika benih melon
Taiwan kemudian mendominasi sentra-sentra pertanaman melon di Tanah air.
Sampai saat ini produsen buah melon terbesar adalah di
pulau jawa, disusul kemudian Sumatra, Kallimantan, Bali dan sulawesi. Pada awal
perkembangannya, produksi buah melon di Indonesia meningkat tajam. Puncak
produksi melon nasional terjadi pada tahun 1996 yang mencapai 478.654 ton
dengan luas penanaman 33.288 hektar. Setelah itu, jumlah produksi melon
fluktuatif dengan kecenderungan menurun. Penurunan ini terjadi seiring dengan
menyempitnya areal penanaman melon. Pada tahun 2003, produksi melon nasianal
hanya 70.560 ton dengan luas penanaman 3.329 hektar. Pada tahun 2004 produksi
melon menurun menjadi 47.664 ton dengan luas penanaman 2.287. selanjutnya pada
tahun 2005 naik menjadi 58.440 ton dengan luas penanaman 3.245 hektar. Jika
dibandingkan dengan era 1990-an, produksi tersebut memang menurun tajam.
Serangan hama dan penyakit akibat tidak adanya rotasi tanaman, diduga menjadi
salah satu penyebabnya. Selain itu, melon membutuhkan biaya besar. Dan teknik
budidaya yang tidak mudah. Beberapa petani yang semula “ikut-ikutan” menanam
melon, mengalihkan usahanya menanam komoditi lain yang lebih mudah.
Pada tahun 2002, Indonesia mengekspor buah melon sebanyak
33411ton. Jepang, Korea, Hong Kong, dan Singapura merupakan beberapa negara
yang merasakan manisnya buah melon yang ditanam pekebun Indonesia. Sementara
itu, selama 2005-2008 rakyat Indonesia diperkirakan akan mengonsumsi buah melon
sebanyak 1,34-1,50 kg/kapita/tahun. (Anonymousa, 2012)
Berdasarkan Anonymous (2012) secara lengkap dilihat dari segi taksonomi tumbuhan, tanaman
melon diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Spematophyta
Subdivisio :
Angiospremae
Kelas :
Dikotil
Sub-kelas :
Sympetalae
Ordo : Cucurbitales
Famili :
Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies :
Cucumis melo L.
(Anonymousb, 2012)
Morfologi
Melon termasuk
tanaman semusim atau setahun yang bersifat menjalar atau merambat. Melon
memiliki akar tunggang dan akar cabang yang menyebar pada kedalaman lapisan
tanah antara 30-50 cm. Batang tanaman biasanya mencapai ketinggian (panjang)
antara 1,5-3 meter, berbentuk segi
lima, lunak, berbuku-buku sebagai tempat melekatnya tangkai daun. Helai daun berbentuk bundar bersudut lima dan
berlekuk-lekuk, diameternya antara 9-15 cm dan letak antara satu daun dengan
daunnya saling berselang (Rukmana, 1994).
Bunga
melon berbentuk seperti lonceng dan berwarna kuning. Bunga ini muncul di setiap
ketiak daun. Umumnya, bunga melon berkelamin tunggal, kelamin jantan dan betina
tidak dalam satu bunga. Bunga betina biasanya terletak di ketiak daun pertama
dan kedua dalam setiap ruas percabangan. Sementara itu, bunga jantan terbentuk
secara berkelompok dan terdapat di setiap ketiak daun.
Buah
melon sangat bervariasi, baik bentuk, warna kulit, warna daging buah maupun
berat atau bobotnya. Bentuk buah melon
antara bulat, bulat oval sampai lonjong atau selindris. Warna kulit buah antara putih susu, putih krem, hijau
krem, hijau kekuning-kuningan, hijau muda, kuning, kuning muda, kuning jingga
hingga kombinasi dari warna lainnya. Bahkan
ada yang bergaris-garis, totol-totol,
dan juga struktur kulit antara berjala (berjaring), semi berjala hingga tipis
dan halus (Rukmana, 1994).
Syarat Tumbuh
Iklim
·
Angin yang bertiup cukup keras dapat
merusak pertanaman melon, dapat mematahkan tangkai daun, tangkai buah dan
batang tanaman.
·
Hujan yang terus menerus akan
menggugurkan calon buah yang sudah terbentuk dan dapat pula menjadikan kondisi
lingkungan yang menguntungkan bagi patogen. Saat tanaman melon menjelang panen,
akan mengurangi kadar gula dalam buah.
·
Tanaman melon memerlukan penyinaran
matahari penuh selama pertumbuhannya.
·
Tanaman melon memerlukan suhu yang sejuk
dan kering untuk pertumbuhannya. Suhu pertumbuhan untuk tanam melon antara
25–30 derajat C. Tanaman melon tidak dapat tumbuh apabila kurang dari 18
derajat C.
·
Kelembaban udara secara tidak langsung
mempengaruhi pertumbuhan tanaman melon. Dalam kelembaban yang tinggi tanaman
melon mudah diserang penyakit.
Media Tanam
·
Tanah yang baik untuk budidaya tanaman
melon ialah tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik untuk
memudahkan akar tanaman melon berkembang. Tanaman melon tidak menyukai tanah
yang terlalu basah.
·
Tanaman melon akan tumbuh baik apabila
pH-nya 5,8–7,2.
·
Tanaman melon pada dasarnya membutuhkan
air yang cukup banyak. Tetapi, sebaiknya air itu berasal dari irigasi, bukan
dari air hujan.
Ketinggian
Tempat
Tanaman
melon dapat tumbuh dengan cukup baik pada ketinggian 300–900 meter dpl. Apabila
ketinggian lebih dari 900 meter dpl tanaman tidak berproduksi dengan optimal.
(Anonymousd,
2012)
Jenis-jenis Melon
Tanamen melon
mempunyai varietas yang sangat banyak dan
sebagian besar dapat berkembang biak dengan baik di
Indonesia. Jenis melon yang dibudidayakan saat ini umumnya merupakan jenis melon
hibrida. Berikut ini jenis-jenis melon hibrida yang banyak dibudidayakan.
Tipe Netted-Melon
Ciri-ciri:
•
kulit buah keras, kasar, berurat dan bergambar
seperti jala (net);
•
aroma relatif lebih harum dibanding dengan
winter–melon; lebih cepat masak antara 75–90 hari;
•
awet dan tahan lama untuk disimpan.
Varietas:
•
var. reticulatus, buah kecil, berurat seperti
jala dan harum;
•
var. cantelupensis, buah besar, kulit bersisik
dan harum.
Tipe Winter-Melon
Ciri-ciri:
•
kulit buah halus, mengkilat dan aroma buah tidak
harum; buah lambat untuk masak antara 90 – 120 hari;
•
mudah rusak dan tidak tahan lama untuk disimpan;
•
tipe melon ini sering digunakan sebagai tanaman
hias.
Varietas:
(1)
var. inodorous, kulit buah halus, buah memanjang dengan
diameter 2,5 – 7,5 cm;
(2)
var. flexuosus, permukaan buah halus, buah memanjang
antar 35–70 cm;
(3)
var. dudain, ukuran kecil-kecil, sering untuk tanaman
hias ;
(4)
var. chito, ukuran buah sebesar jeruk lemon, sering
digunakan sebagai tanaman hias.
(Anonymousc,
2012)
Teknik Budidaya
Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Tanaman
melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari bibit tanaman yang sehat,
kuat dan terawat baik pada awalnya. Benih direndam kedalam larutan Furadam dan
Atonik selama 2 (dua) jam. Benih yang baik berada di dasar air, dan benih
yang kurang baik akan mengapung di atas permukaan air. Oleh sebab itu pembibitan
merupakan kunci keberhasilan suatu agribisnis melon.
2) Penyiapan Benih
a) Pengadaan benih
secara generatif
Fase
generatif ditandai dengan keluarnya bunga. Pada fase ini tanaman memerlukan
banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan membentuk biji pada buah. Pada
fase ini apabila tanaman dalam kondisi sehat maka jaring-jaring pada buah
diharapkan muncul secara merata. Untuk mendukung pertumbuhan generatif, tanaman
disemprot dengan pupuk daun Complesal super tonic (merah) dengan
konsentrasi 2 gram/liter seminggu sekali. Untuk mencegah kekurangan unsur
kalsium dan boron maka tanaman disemprot dengan pupuk daun Ferti-cal dengan
konsentrasi 2 ml/liter atau CaB dengan konsentrasi 2 ml/liter.
b) Pengadaan benih
secara vegetatif (Kultur Jaringan)
Dengan
metoda kultur jaringan, pemilihan media tanam dan sumber eksplan yang digunakan
haruslah tepat agar memberikan hasil yang maksimal. Media dasar yang dipakai
tersusun dari garam-garam berdasarkan susunan Murashige & Skoog (1962)
dengan penambahan thiamin 0,04 mg/liter, myoinositol 100 mg/liter, surkosa 30
gram/liter berbagai kombinasi hormon tanaman yang ditambahkan sesuai dengan
perlakuan. Media dibuat dalam bentuk padat dengan penambahan agar bacto 8
gram/liter, pH media dibuat 5,7 dengan penambahan NaOH atau HCl 0,1 N.
sterilisasi media dilakukan dengan autoklaf bertekanan 17,5 psi, suhu 120
derajat C selama 30 menit.Tanaman yang didapat dari kultur jaringan membentuk
bunga jantan dan bunga betina separti halnya tanaman yang didapat dari biji.
c) Sumber benih
Untuk
menanam melon kita harus mengetahui sumber benihnya terlebih dahulu. Sebaiknya
selalu menggunakan benih asli (F1 hibrid).
d) Cara penyimpanan
benih
Benih
harus disimpan ditempat yang kering dan tempat untuk menyimpan benih dapat
dibuatkan rumah pembibitan yang sederhana karena mengingat umur benih hanya
selama 10–14 hari, karena untuk melindungi benih tanaman yang masih muda dari
terik sinar matahari, air hujan, dan serangan hama maupun penyakit. Alas rumah
pembibitan, tempat polibag diletakkan dilapisi kertas koran agar perakaran
bibit tidak menembus ke dalam tanah.
e) Kebutuhan benih
Benih
yang dibutuhkan sesuai dengan luas tanam ditambah 10% untuk cadangan
penyulaman.
f) Perlakuan benih
Benih
melon memerlukan perlakuan yang lebih sederhana dibandingkan dengan benih
semangka non-biji. Hal ini karena kulit melon cukup tipis sehingga tidak
memerlukan perlakuan ekstra. Perlakuan untuk benih melon adalah pencucian,
perendaman, serta pemeraman benih.
3) Teknik Penyemaian
Benih
a) Cara dan Waktu
Penyemaian
Benih
melon yang akan disemaikan, direndam terlebih dahulu di dalam air selama 2–4
jam. Kemudian benih disemaikan pada kantong plastik, yang telah diisi tanah dan
pupuk kandang yang dicampur dengan perbandingan 5:1. Benih disemaikan dalam
posisi tegak dan ujung calon akarnya menghadap ke bawah. Benih ditutup dengan
campuran abu sekam dan tanah dengan perbandingan 2:1 yang telah disiapkan, agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik, tidak mudah rebah. Untuk merangsang
perkecambahan benih dengan menciptakan suasana hangat maka tutuplah permukaan
persemaian dengan karung goni basah. Apabila kecambah telah muncul kepermukaan
media semai (pada hari ke-3 atau ke-4) maka karung goni dapat dibuka.
b) Pembuatan Media
Semai
Melon
termasuk tanaman yang tidak terlalu menuntut media semai yang khusus untuk
pembibitannya. Medianya dapat dibuat dengan berbagai variasi, contohnya dengan
mencampurkan tanah, pasir dan pupuk kandang atau kompos, asal perbandingannya
sesuai misalnya 1:1:1. Untuk mendapatkan hasil bibit melon yang kekar dan sehat
maka komposisi media semai yang tepat terdiri dari campuran tanah, pupuk
kandang, pupuk SP-36 atau NPK ditambah dengan insektisida karbofuran.
4) Pemeliharaan
Pembibitan/Penyemaian
Setelah
benih disemai di polybag akan tumbuh menjadi calon bibit, dan harus mendapatkan
pemeliharaan yang baik agar menjadi bibit melon yang sehat dan kekar.
a) Cara dan Waktu
Penyiraman
Bibit
dipersemaian di siram setiap pagi hari. Mulai dari kecambah belum muncul sampai
bibit muncul kepermukaan tanah. Untuk penyiraman digunakan tangki semprot. Saat
menyemprot untuk penyiraman jangan terlalu kuat karena akan mengikis tanah
media dan melemparkan benih atau kecambah keluar dari polibag. Apabila daun
sejati keluar, penyiraman bibit baru dapat dilakukan embrat atau gembor. Saat
cuaca panas, tanah pada polybag kering dan penyiraman perlu diulangi pada sore
hari, jangan menyiram bibit tanaman pada siang hari karena akan menyebabkan air
dan zat-zat makanan tidak dapat terserap akibatnya bibit menjadi kurus, kering
dan layu.
b) Penjarangan
Penjarangan
dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan bibit-bibit yang sehat dan kekar untuk
ditanam. Penjarangan ini mulai dilakukan 3 hari sebelum penanaman bibit ke
lapangan. Bibit yang mempunyai pertumbuhan seragam dikumpulkan menjadi satu.
Bibit-bibit yang pertumbuhannya merana disingkirkan dan tidak ditanam.
c) Pemupukan
Untuk
pertumbuhan vegetatif bibit dapat dipacu dengan penyemprotan pupuk daun yang
mengandung unsur nitrogen tinggi. Pupuk daun cukup dilakukan satu kali, yaitu
pada saat umur bibit 7–9 HSS dengan konsentrasi 1,0–1,5 gram/liter. Pupuk akar
berupa pupuk kimia maupun pupuk organik tidak perlu ditambahkan selama pembibitan
karena pupuk akar yang diberikan pada media semai telah mencukupi.
d) Pemberian Pestisida
Pada Masa Pembibitan
Pada
masa pembibitan penyemprotan pestisida dilakukan apabila dianggap perlu.
Konsentrasi penuh akan menyebabkan daun-daun bibit melon ini terbakar
(plasmolisis). Penyomprotan ini dilakukan terutama pada saat 2-3 hari sebelum
bibit ditanam dilapangan. Contoh pestisida yang digunakan adalah Insektisida Dicarzol
0,5 g/liter dan fungisida Previcur N 1,0 ml/liter.
5) Pemindahan Bibit
Bibit
melon dipindahkan ke lapangan apabila sudah berdaun 4–5 helai atau tanaman
melon telah berusia 10–12 hari. Cara pemindahan tidak berbeda dengan cara
pemindahan tanaman lainnya, yaitu kantong plastik polibag dibuang secara hati-hati
lalu bibit berikut tanahnya ditanam pada bedengan yang sudah dilubangi sebelumnya,
bedenganpun jangan sampai kekurangan air.
Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
a) Pengukuran pH Tanah
Pengukuran
pH tanah dengan menggunakan alat pH meter. Tanah yang akan di ukur dibasahi
terlebih dahulu. Pengambilan sampel dilakukan di 10 titik yang berbeda,
kemudian dihitung pH rata-rata.
b) Analisis Tanah
Berdasarkan
fakta di lapangan tanaman melon dapat ditanam pada berbagai jenis tanah
terutama tanah andosol, latosol, regosol, dan grumosol, asalkan kekurangan dari
sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan
bahan organik, maupun pemupukan.
c) Penetapan
Waktu/Jadwal Tanam
Penetapan
waktu tanam berkaitan dengan perkiraan waktu panen suatu varietas melon yang
ditanam dan waktu panen varietas melon lainnya. Misalnya waktu tanam melon pada
bulan Maret adalah varietas ten me, April varietas aroma, Mei varietas new
century (hamiqua) dan seterusnya sehingga petani/pengusaha agribisnis perlu
menjadwal waktu tanaman varietas melon yang dikehendaki pelanggan.
d) Penetapan Luas Areal
Penanaman
Penetapan
luas penanaman berkaitan erat dengan pemilikan modal, luas lahan yang tersedia,
musim dan permintaan pasar. Tanaman melon yang diusahakan di lahan terbuka di
musim hujan akan rusak terserang penyakit karena terguyur hujan terus-menerus.
Maka penanaman melon di musim hujan lebih diarahkan dengan sistem hidroponik.
e) Pengaturan Volume
Produksi
Pengaturan
volume produksi berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan permintaan
pasar. Cara penanaman melon dilakukan secara bertahap. Misalnya penanaman
pertama 20% di lokasi A, kedua 40% di lokasi B, dan ketiga 40% di lokasi C.
Interval penanaman berkisar 2 minggu. Pengaturan ini lazim dilakukan pada
agribisnis melon dengan sistem hidroponik. Untuk menjaga kontinuitas produksi,
biasanya interval tanamnya berselang 1-2 minggu.
2) Pembukaan Lahan
a) Pembajakan
Untuk
penanaman melon di dataran menengah-tinggi, struktur tanah biasanya sudah
sangat remah sehingga tidak memerlukan pembajakan. Lahan yang dibajak harus
digenangi air lebih dahulu selama semalam, kemudian keesokan harinya dilakukan
pembajakan ini cukup untuk membalik tanah sehingga cukup dilakukan sekali
dengan kedalaman balikan sekitar 30 cm.
b) Penggarukan dan Pencangkulan
Lahan Serta Waktu Lahan Siap Tanam
Untuk
pencangkulan dan penggarukan, keadaan tanahnya harus cukup kering. Karena kita
bisa mudah membentuk tanah yang semula berbongkah-bongkah dan cukup liat, tanah
yang beremah-remah dan cukup sarang (mudah diserap air). Dengan tanah tersebut
akan menguntungkan tanaman. Selain perakarannya mudah menembus tanah, juga akan
mudah bernapas.
Cara-cara
pencangkulan adalah sebagai berikut:
1. Mula-mula lakukan
pembalikan tanah (tanahnya masih berbongkah-bongkah.
2. Tanah dari hasil
pencangkulan pertama dihaluskan atau dihancurkan, dengan kedalaman ± 30–50 cm.
(untuk dua kali cangkulan)
3. Pencangkulan
dilakukan kalau keadaan tanahnya betul-betul sudah dikategorikan ke dalam tanah
berat. Jika tidak, sekali cangkul tanah sudah cukup beremah dan kita dapat
mengerjakan pekerjaan yang lain.
3) Pembentukan Bedengan
a) Cara Pembuatan
Selama
5–7 hari lahan dibiarkan kering setelah dibajak (atau dibalik). Proses ini akan
membuat tanah menjadi lengket dan berbongkah sehabis dibajak menjadi agak
hancur karena mengalami proses pengeringan matahari dan penganginan. Selama
proses tersebut beberapa senyawa kimia yang beracun dan merugikan tanaman dan
akan hilang perlahan-lahan. Setelah kering, bongkahan tanah dibuat petakan
dengan tali rafia untuk membentuk bedengan dengan ukuran panjang bedengan
maksimum 12–15 m; tinggi bedengan 30–50 cm; lebar bedengan 100–110 cm; dan
lebar parit 55–65 cm.
b) Bentuk Bedengan
Bedengan
dibentuk dengan cara mencangkuli bongkahan tanah menjandi struktur tanah yang
remah/gembur. Bila telah bentuk bedengan terlihat, baik itu bedengan
kasar/setengah jadi bedengan tersebut dikeringanginkan lagi selama seminggu
agar terjadi proses oksidasi/penguapan dari unsur-unsur beracun ada hingga
menghilang tuntas.
c. Ukuran dan Jarak
Bedengan
Dengan
panjang maksimum 15 m tersebut akan memudahkan perawatan tanaman dan
mempercepat pembuangan air, terutama di musim hujan. Tinggi bedengan dibuat
sesuai dengan musim dan kondisi tanah. Pada musim hujan tinggi bedengan 50 cm agar
perakaran tanaman tidak terendam air jika hujan deras. Dan pada musim kemarau
tinggi bedengan cukup 30 cm, karena untuk memudahkan perawatan pada saat
bedengan digenangi. Parit dibuat dengan lebar 55–65 cm adalah untuk memudahkan
perawatan pada saat penyemprotan, pemasangan ajir, maupun penalian.
4) Pengapuran
Dengan
pengapuran akan menambah unsur hara kalsium yang diperlukan untuk dinding sel
tanaman. Pengapuran dapat menggunakan dolomit/calmag (CaCO3 MgCO3)
kalsit/kaptan (CaCO3). Setelah diperoleh pH rata-rata, penentuan kebutuhan
dapat dilakukan dengan menggunakan data berikut ini :
a) < 4,0 (paling
asam): jumlah kapur >10,24 ton/ha
b) 4,2 (sangat asam):
jumlah kapur 9,28 ton/ha
c) 4,6 (asam): jumlah
kapur 7,39 ton/ha
d) 5,4 (asam): jumlah
kapur 3,60 ton/ha
e) 5,6 (agak asam):
jumlah kapur 2,65 ton/ha
f) 6,1 – 6,4 (agak
asam): jumlah kapur <0,75 ton/ha
5) Pemasangan Mulsa
Plastik Hitam-Perak (PHP)
Mulsa
PHP yang terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan berwarna perak di bagian atas
dan warna hitam dibagian bawah dengan berbagai keuntungan. Warna perak pada
mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis menjadi
lebih optimal, kondisi pertanaman tidak terlalu lembab, mengurangi serangan
penyakit, dan mengusir serangga-serangga penggangu tanaman seperti Thirps dan
Aphids. Sedangkan warna hitam pada mulsa akan menyerap panas sehingga suhu di
perakaran tanaman menhadi hangat. Akibatnya, perkembangan akar akan optimal.
Selain itu warna hitam juga mencegah sinar matahari menembus ke dalam tanah
sehingga benih-benih gulma tidak akan tumbuh (kecuali teki dan anak pisang).
Pemasangan
mulsa PHP sebaiknya dilakukan pada saat panas matahari terik agar mulsa dapat
memuai sehingga menutup bedengan dengan tepat. Teknis pemasangannya cukup oleh
2 orang untuk satu bedengan. Caranya tariklah kedua ujung mulsa pada bedengan,
kaitkan salah satu ujungnya pada bedengan menggunakan pasak penjepit mulsa
kemudian ujung yang satunya. Setelah kedua ujung mulsa PHP terkait erat pada
bedengan, dengan cara bersamaan tariklah mulsa pada kedua sisi bedengan setiap
meternya secara bersamaan. Kaitkan kedua sisi mulsa dan bedengan dengan pasak
penjepit tadi sehingga seluruh sisi mulsa terkait rapat pada bedengan. Setelah
selesai pemasangan, bedenganbedengan dibiarkan tertutup mulsa PHP selama 3–5
hari sebelum dibuat lubang tanam. Tujuan agar pupuk kimia yang diberikan dapat
berubah menjadi bentuk tersedia sehingga dapat diserap tanaman.
Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Tanaman
melon merupakan tanaman semusim yang biasa ditanam dengan pola monokultur.
2) Pembuatan Lubang
Tanam
Untuk
membuat lubang tanam dengan menggunakan pelat pemanas atau memanfaatkan bekas
kaleng susu kental. Plat pemanas yang berupa potongan besi dengan diameter 10
cm, dibuat sedemikian rupa hingga panas yang ditimbulkan dari arang yang
dibakar mampu melubangi mulsa PHP dengan cepat. Model penanaman dapat berupa
dua baris berhadap-hadapan membentuk segi empat ati dia baros berhadap-hadapan
membentuk segi tiga.
3) Cara Penanaman
Bibit
yang telah di semai + 3 minggu dipindahkan kedalam besar beserta medianya. Akar
tanaman diusahakan tidak sampai rusak saat menyobek polibag kecil. Cetakan
tanah yang telah berisi bibit melon, diletakkan pada lubang yang telah ditugal
dan diusahakan agar tidak pecah/hancur karena bisa mengakibatkan kerusakan akar
dan tanaman akan layu jika hari panas.
(Anonymouse, 2012)
Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan
Penyulaman
Penjarangan
dan penyulaman dilakukan bila dalam waktu 2 (dua) minggu setelah tanam bibit
tidak menunjukkan pertumbuhan normal. Tanaman dicabut beserta akarnya kemudian
diganti dengan bibit/tanaman baru. Hal ini sebaiknya dilakukan pada sore hari
agar tanaman muda ini dapat lebih beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Penyulaman dan penjarangan biasanya dilakukan selama 3 – 5 hari, karena
kemungkinan dalam seminggu pertama masih ada tanaman lainnya yang perlu
disulam. Saat setelah selesai penjarangan dan penyulaman tanaman baru harus
disiram air.
2) Penyiangan
Pada
budidaya melon sistem mulsa PHP penyiangannya dilakukan pada lubang tanam dan
parit di antara dua bedengan. Gulma yang tidak dibersihkan menyebabkan
lingkungan pertanaman lembab sehingga merangsang penyakit. Gulma juga dapat
sebagai inang hama dan nematoda yang merugikan.
3) Pembubunan
Untuk
pembubunan pertama-tama kita lakukan adalah pemupukan awal dan mensterilkan
lahan di situ. Tujuannya adalah setelah tanah diolah dan dipupuk, tanah akan
menjadi subur dan akan terbebas dari hama dan penyakit. Saat melakukan
pemupukan, tanah yang sebelumnya sudah diolah, telah dikelentang selama 2
minggu. Dengan begitu, diharapkan tanah yang cukup lama terkena terik matahari
tersebut, cukup sehat untuk ditanami..
4) Pemupukan
Pemupukan
diberikan sebanyak 3 kali, yaitu 20 hari setelah ditanam, tanaman berusia 40
hari (ketika akan melakukan penjarangan buah) dan pada saat tanaman berusia 60
hari (saat menginjak proses pematangan). Caranya sebarkan secara merata di atas
tanah bedengan pada pinggiran kiri dan kanannya (10–15 cm). Kemudian tanah
dibalik dengan hati-hati supaya tidak merusak perakaran tanaman, dan agar pupuk
tersebut bisa aman terpendam dalam tanah. Untuk memudahkan dalam pemupukan,
dibuat data mengenai rangkaian pemupukan sejak awal.
a) Pupuk
kandang/kompos: pupuk dasar=10–20 ton/ha.
b) Urea: pupuk
dasar=440 kg/ha; pupuk susulan I=330 kg/ha; pupuk susulan
II=220 kg/ha; pupuk
susulan III=440 kg/ha.
c) TSP: pupuk
dasar=1.200 kg/ha; pupuk susulan I=220 kg/ha; pupuk susulan
II=550 kg/ha.
d) KCl: pupuk
dasar=330-440 kg/ha; pupuk susulan II=160 kg/ha.
Keterangan pupuk dasar:
pemupukan pada pengolahan tanah (sebelum tanam);
pupuk susulan I : umur
± 20 hari; pupuk susulan II: umur + 40 hari; pupuk susulan
III: umur + 60 hari.
5) Pengairan dan
Penyiraman
a) Pengairan
Tanaman
melon menghendaki udara yang kering untuk pertumbuhannya, tetapi tanah harus
lembab. Pengairan harus dilakukan jika hari tidak hujan. Pengairan dilakukan
pada sore atau malam hari.
b) Penyiraman
Tanaman
di siram sejak masa pertumbuhan tanaman, sampai tanaman akan dipetik buahnya. Saat
menyiram jangan sampai air siraman membasahi daun dan air dari tanah jangan
terkena daun dan buahnya. Tujuannya adalah supaya tanaman tidak dijangkiti
penyakit yang berasal dari percikan tersebut, kalau daun basah kuyup akan
mengundang jamur sangat besar. Penyiraman dilakukan pagi-pagi sekali atau malam
hari. Oleh karena itu ada pengairan di sekitar kebun besar sekali manfaatnya.
6) Waktu Penyemprotan
Pestisida
a) Tindakan preventif,
benih direndam dalam larutan bakterisida Agrimycin (oxytetracycline dan
streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin sulfate) dengan
konsentrasi 1,2 gram/liter dan penyemprotan bakterisida pada umur 20 HST.
b) Penyemprotan
fungisida Previcur N (propamocarb hydrochloride) dengan konsentrasi 2–3
ml/liter apabila serangan telah melewati ambang ekonomi.
c) Fungisida Derasol
500 SC (carbendazim) dengan konsentrasi 1–2 ml/liter. Pangkal batang yang
terserang dioles dengan larutan fungisida Calixin 750 EC (tridemorph)
dengan konsentrasi 5 ml/liter.
7) Pemeliharaan Lain
a) Pemasangan Ajir
Ajir
atau tongkat dari kayu atau bilahan bambu, untuk rambatan dapat dipasang
setelah selesai membuat pembubunan dan selesai mensterilkan kebun. Atau dapat
juga ajir dipasang sesudah bibit ditanam, dan bibit sudah mengeluarkan
sulur-sulurnya kira-kira tingginya adalah 50 cm. Ajir harus terbuat dari bahan
yang kuat sehingga mampu menahan beban buah dengan bobot kira-kira 2–3 kg.
Tempat ditancapkannya ajir dengan jarak kira-kira 25 cm dari pinggir guludan
baik kanan maupun kiri. Supaya ajir lebih kokoh lagi, kita bisa menambahkan
bambu panjang yang diletakkan di bagian pucuk segitiga antara bambu atau kayu
yang menyilang, mengikuti barisan ajir-ajir di belakangnya.
b) Pemangkasan
Pemangkasan yang
dilakukan pada tanaman melon bertujuan untuk memelihara cabang sesuai dengan
yang dikehendaki. Tinggi tanaman dibuat rata-rata antara titik ke-20 sampai
ke-25 (bagian ruas, cabang atau buku dari tanaman tersebut). Pemangkasan
dilakukan kalau udara cerah dan kering, supaya bekas luka tidak diserang jamur.
Waktu pemangkasan dilakukan setiap 10 hari sekali, yang paling awal dipangkas
adalah cabang yang dekat dengan tanah dan sisakan dua helai daun, kemudian
cabang-cabang yang tumbuh lalu dipangkas dengan menyisakan 2 helai daun.
Pemangkasan dihentikan, jika ketinggian tanamannya sudah mencapai pada cabang
ke-20 atau 25.
c) Penyerbukan
Tanaman melon bersifat polimorfik
yaitu spesiesnya ada yang berbunga jantan, berbunga betina dan berbunga
sempurna. Walaupun tanaman ini menghasilkan bunga sempurna dengan putik dan
benang sari, penyerbukan sendiri (self pollination) tidak dapat terjadi.
Penyerbukan harus melalui penyerbukan silang antara bunga jantan dengan bunga
sempurna dari tanaman yang sama atau antar tanaman.
Penyerbukan biasanya dilakukan
ketika tanaman melon berumur 21 HST atau ketika bunga betina pada ruas ke 12
sudah terbentuk dan bunga jantan telah mekar dengan sempurna. Penyerbukan
dilakukan dengan dengan mengambil bunga jantan dari tanaman yang lain kemudian
ditempelkan pada bunga betina dari tanaman yang berbeda pula. Waktu yang paling
efektif untuk melakukan penyerbukan adalah pagi hari karena kualitas serbuk
sari masih baik. Penyerbukan dapat dilakukan sampai tiga kali karena bunga
betina yang terbentuk tidak bersamaan sedangkan jumlah bunga betida yang harus
diserbuk minimal sebanyak tiga buah. Keberhasilan penyerbukan dapat terluhat
2-3 hari setelah penyerbukan yang ditandai dengan terbentuknya bakal buah yang
mulai menggembung dan bunga betina yang sudah mulai layu. (Setiadi, 1991)
d) Topping
Topping merupakan kegiatan pemangkasan
pucuk batang dengan tujuan agar pertumbuhan vegetatif terhenti sehingga nutrisi
yang diserap terfokus pada pembentukan bunga dan buah. Kegiatan ini dilakukan
pada saat buah telah terbentuk. Pemangkasan sebaiknya dilakukan pada siang hari
agar luka yang ditimbulkan cepat kering sehingga tidak mudah terkena
serangan hama dan penyakit. (Setiadi, 1991)
Panen dan Pascapanen
Ciri dan Umur
Panen
a) Tanda/ciri
Penampilan Tanaman Siap Panen
1) Ukuran buah
sesuai dengan ukuran normal
2) Serat jala
pada kulit buah sangat nyata/kasar
3) Warna kulit
hijau kekuningan.
b) Umur Panen
+ 3 bulan setelah tanam.
c) Waktu
Pemanenan yang baik adalah pada pagi hari.
Cara Panen
1. Potong
tangkai buah melon dengan pisau, sisakan minimal 2,0 cm untuk memperpanjang
masa simpan buah.
2. Tangkai
dipotong berbentuk huruf “T”, maksudnya agar tangkai buah utuh dan kedua sisi
atasnya merupakan tangkai daun yang telah dipotong daunnya.
3. Pemanenan
dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap
dipanen.
4. Buah
yang telah dipanen dikumpulkan disuatu tempat untuk disortir. Kerusakan buah
akibat terbentur/cacat fisik lainnya, sebaiknya dihindari karena akan
mengurangi harga jual terutama di swalayan.
Periode Panen
Panen
dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap
panen. Seandainya dalam jangka waktu 3-5 bulan mendatang harga melon diramalkan
jatuh. Maka alternatif untuk rotasi tanaman yang dapat menggunakan lahan bekas
menanam melon adalah cabai. Karena lahan yang tersedia tidak perlu diubah.
Hanya mulsa PHP dibuka dan dosis pemupukan ditambahkan 50%. Bila dalam jangka
waktu 4 bulan berikutnya dinyatakan harga melon meningkat, maka lahan bekas
sawah ditanami padi terlebih dahulu untuk satu musim tanam.
Alasannya
adalah dari segi kormesial tanaman padi kurang menguntungkan, tapi dari segi
pemutusan siklus hidup hama dan penyakit sangat menguntungkan. Hal ini disebabkan
karena hama dan penyakit yang mengisap oksigen (aerob) akan mati dengan kondisi
tanah yang terendam air (anaerob).
Setelah menanam padi selesai, tanaman melon yang ditanam akan berproduksi tinggi
dengan risiko serangan hama dan penyakit yang lebih rendah.
Prakiraan
Produksi
Untuk
mengetahui jumlah produksi yang akan dihasilkan bagian pemasaran harus melakukan
penelitian pasar. Untuk luas satu hektar tanaman melon diperkirakan akan
menghasilkan buah melon 10–15 ton, maka memanennya harus dilakukan secara
bertahap. Misalnya minggu I menanam seluas 2.000 m2, minggu II
menanam seluas 2.000 m2, dan seterusnya. Hal ini untuk tingkat
kontinuitas produksi akan tercapai dan resiko tidak terjualnya buah melon akan
terhindar. (Anonymousd, 1991)
PASCAPANEN
Pascapanen
merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah melon dipanen. Kesalahan
penanganan dalam pascapanen akan mempengaruhi kualitas/penampilan buah melon.
Pengumpulan
Buah-buah
melon yang telah dipanen dikumpulkan pada suatu tempat untuk segera disortir.
Saat panen kerusakan buah sebaiknya dihindari akibat terbentur atau cacar fisik
lainnya, karena akan mengurangi harga jual terutama untuk konsumsi pasar swalayan.
Penyortiran dan
Penggolongan
Melon
yang telah dipanen, diangkut dan dikumpulkan di suatu tempat kemudian disortasi.
Buah yang sehat dan utuh dipisahkan dari buah yang cacat fisik maupun cacat
karena serangan hama dan penyakit. Buah melon yang berkualitas bagus kemudian
di lakukan penggolongan melon berdasarkan tiga kelas.
1)Kelas M1 yaitu
melon berbobot 1,5 kg/lebih jaring berbentuk sempurna.
2)Kelas M2 yaitu
melon berbobot 1–1,5 kg jaringnya terbentuk hanya 70% saja.
3)Kelas M3 yaitu
bobot buahnya bervariasi dengan jaring sedikit atau tidak
berbentuk sama
sekali. Hal ini terjadi karena tanaman belum saatnya dipanen tapi telah mati
terlebih dahulu akibat serangan hama.
Penyimpanan
Buah
melon yang sudah dipetik, tidak boleh ditumpuk satu sama lain, dan buah yang belum
terangkut dapat disimpan dalam gudang penyimpanan. Buah ditata secara rapi
dengan dilapisi jerami kering. Tempat penyimpanan buah harus bersih, kering dan
bebas dari hama seperti kecoa atau tikus. Melon yang sudah terlalu masak jangan
disatukan dengan buah yang setengah masak (mengkal). Bila ada buah yang mulai
busuk harus di jauhkan dari tempat penyimpanan.
Pengemasan dan
Pengangkutan
Kemasan
untuk melon dapat dibuat dari kayu biasa dan banyak memiliki lubang angin. Cara
menyusunnya, bagian dasar kotak diberi jerami kering yang cukup tebal, kemudian
melon diberikan jerami juga dibagian atas buahnya. Sebelum kotak ditutup, buah
melon diberi lapisan jerami lagi.
Selain
dari kotak, pengemasan bisa juga menggunakan rajutan benang yang mirip jala,
kemudian dimasukkan dalam kemasan karton. Dalam karton masih dilapisi dengan
jerami kering atau kertas hancuran. Dengan kemasan seperti ini akan lebih terjamin
dibanding dengan menggunakan kotak dari kayu (cara tradisional).
Kendaraan
yang digunakan untuk mengangkut buah melon yang akan dibawa ke pasar tergantung
jarak yang ditempuh. Buah yang akan di ekspor biasanya dipak secara khusus
dengan peti kemas yang terbuat dari kayu, karton atau kotak plastik. Di kargo
pesawat, peti kemas melon dimasukkan ke dalam kontainer pendingin agar buah
tetap segar jika sampai ke tempat tujuan.
(Anonymousd,
2012)
Hama dan Penyakit
Hama
1) Kutu
aphids (Aphis gossypii Glover )
Ciri:
Hama ini mempunyai getah cairan yang mengandung madu dan di lihat dari kejauhan
mengkilap. Hama ini menyerang tanaman melon yang ada di lahan penanaman. Aphids
muda yang menyerang melon berwarna kuning, sedangkan yang dewasa mempunyai
sayap dan berwarna agak kehitaman.
Gejala: daun tanaman menggulung dan pucuk tanaman menjadi kering akibat
cairan daun yang dihisap hama.
Pengendalian: (1) gulma harus selalu dibersihkan agar tidak menjadi
inang hama; (2) tanaman yang terserang parah harus disemprot secara serempak
dengan insektisida Perfekthion 400 EC (dimethoate) dengan konsentrasi 1,0–2,0
ml/liter; (3) tanaman yang telah terjangkit virus harus dicabut dan dibakar
(dimusnahkan).
2) Thirps
(Thirps parvispinus Karny)
Ciri:
Hama ini menyerang saat fase pembibitan sampai tanaman dewasa. Nimfa thirps
berwarna kekuning-kuningan dan thirps dewasa berwarna coklat kehitaman. Thirps
berkembang biak sangat cepat secara partenogenesis (mampu melahirkan keturunan
meskipun tidak kawin). Serangan dilakukan di musim kemarau. Gejala: daun-daun
muda atau tunas-tunas baru menjadi keriting, dan bercaknya kekuningan; tanaman
keriting dan kerdil serta tidak dapat membentuk buah secara normal. Kalau
gejala ini timbul harus diwaspadai karena telah tertular virus yang dibawa hama
thirps. Pengendalian: menyemprot dengan racun kontak, 3–4 hari sekali.
Penyakit
1)Layu bakteri
Penyebab:
bakteri Erwina tracheiphila E.F.Sm. Penyakit ini dapat disebarkan dengan
perantara kumbang daun oteng-oteng (Aulacophora
femoralis Motschulsky). Gejala: daun dan cabang layu dan terjadi
pengkerutan pada daun, warna daun menguning, mengering dan akhirnya mati; daun
tanaman layu satu per satu, meskipun warnanya tetap hijau, kemudian tanaman
layu secara keseluruhan. Apabila batang tanaman yang dipotong melintang akan mengeluarkan
lendir putih kental dan lengket bahkan dapat ditarik seperti benang. Pengendalian:
(1) sebelum ditanami, lahan disterilisasi dengan Basamid G dengan dosis 40 g/m2; (2) benih di
rendam dalam bakterisida Agrimyciin (oxytetracycline
dan streptomycin sulfate) atau
Agrept (streptomycin sulfate) dengan
konsentrasi 1,2 gram/liter ; (3) penyemprotan bakterisida ini pada umur 20
HST.
2)Penyakit busuk
pangkal batang (gummy stem bligt)
Penyebab:
Cendawan Mycophaerekka melonis (Passerini) Chiu et Walker. Gejala: pangkal
batang yang terserang mula-mula seperti tercelup minyak kemudian keluar lendir
berwarna merah coklat dan kemudian tanaman layu dan mati; daun tanaman yang
terserang akan mengering apabila diremas seperti kerupuk dan berbunyi kresek-kresek
apabila diterpa angin. Pengendalian: (1)
penggunaan mulsa PHP untuk mencegah kelembaban di sekitar pangkal batang dan
mencegah luka di perakaran maupun pangkal batang karena penyiangan; (2)
daun-daun tanaman yang terserang dibersihkan lalu disemprot dengan
fungisida Derasol 500 SC (carbendazim) dengan konsentrasi 1–2
ml/liter; (3) pangkal batang yang terserang dioles dengan larutan fungisida
Calixin 750 EC (tridemorph) dengan konsentrasi 5 m/liter.
Gulma
Gulma
(tumbuhan pengganggu) merugikan tanaman, karena bersaing zat hara, tempat
tumbuh dan cahaya. Pencabutan gulma harus dilakukan sejak tumbuhan masih kecil,
karena jika sudah besar akan merusak perakaran tanaman melon.
(Anonymousf,
2012)
DAFTAR
PUSTAKA
Anonymousa.
2012. Sejarah Melon. http://eddym78.wordpress.com/2011/03/25/3/. Diakses pada tanggal 29 Februari 2012.
Anonymousc.
2012. Jenis-jenis Melon. http://eddym78.wordpress.com/2011/04/03/13/.
Diakses pada tanggal 29 Februari 2012.
Anonymousb.
2012. Klasifikasi Ilmiah Melon. http://id.wikipedia.org/wiki/Melon.
Diakses pada tanggal 29 Februari 2012.
Anonymousd.
2012. Melon. http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/melon.pdf.
Diakses pada tanggal 29 Februari 2012.
Anonymouse.
2012. Budidaya Melon.http://teknis
budidaya.blogspot.com/2007/10/pendahuluan agribisnis-melon.html.
Diakses pada tanggal 29 Februari 2012.
Anonymousf.
2012. Budidaya Melon. http://www2.bbpp-lembang.info/index.php?option=com_content&view=article&id=261&Itemid=304.
Diakses pada tanggal 29 Februari 2012.
Rukmana,
R. 1994. Budidaya Melon Hibrida.
Yogyakarta: Kanisius.
Setiadi. 1991. Bertanam
Melon. Penebar Swadaya. Jakarta
Titanium bolts - The Titanium Bars
BalasHapusThe Titanium Bars have toaks titanium the most efficient graphite oxide oxide titanium trimmer as seen on tv structure. In this paper, we break titanium edc down what it can blue titanium cerakote do to achieve high yields titanium straightener of graphite oxide oxide in