Langsung ke konten utama

POINSETTIA (Euphorbia pulcherrima)


Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pengembangan tanaman hias, ditinjau dari aspek ketersediaan sumber genetik flora, sumberdaya manusia, tanah, dan iklimnya yang kondusif. Pengembangan tanaman hias di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya.
Tanaman hias termasuk kedalam kelompok hortikultura, yang memiliki sifat mudah rusak dan penampilan fisik serta kualitas merupakan factor sangat penting. Dengan demikian, factor usaha taninya harus dirancang dengan baik, mulai dari pembibitan pengolahan lahan, pemeliharaan tanaman, panen, dan pascapanen hingga pemasaran agar dihasilkan tanaman yang berkualitas baik. Tanaman hias memiliki bermacam-macam bentuk produk dalam pemasarannya. Tanaman hias dalam pot merupakan salah satu bentuk produk tanamn hias yang umum dipasarkan.
Poinsettia (Euphorbia pulcherrima Linn.) merupakan salah satu jenis tanaman hias dalam pot yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Nilai ekonomis yang tinggi ini disebabkan karena poinsettia merupakan tanaman musiman atau “seasonal” yang hanya diproduksi pada periode tertentu setiap tahunnya. Poinsettia di Indonesia tersedia di pasaran hanya pada sekitar hari Natal pada bulan Desember.
Budidaya poinsettia yang baik dimulai dari penentuan kultivar yang ditanam, penjadwalan tanam atau scheduling, hingga penanganan panen dan pascapanen. Menurut Smith (2008), poinsettia yang berukuran prima memiliki ciri-ciri, memiliki daun yang berwarna hijau yang tidak ada noda berwarna coklat pada tepian daun, braktea memiliki warna yang optimal dan tidak rusak, bunga yang berada di tengah-tengah braktea berwarna hijau kekuning-kuningan yang terkadang terdapat serbuk sari pada bunga tersebut. Ditambah lagi ukuran dari poinsettia berkualitas baik. Tinggi tanaman sekitar 2,5 kali dari diameter pot merupakan standart ukuran yang umumnya diterima konsumen (Yulistyo, 2009).

Manfaat Tanaman
            Poinsettia selain sebagai tanaman hias, seluruh bagian tumbuhan, daun, bunga, getah, akar poinsettia / kastuba berkhasiat sebagai obat disentri, paru-paru, infeksi kulit, patah tulang, bengkak karena terpukul, luka luar, melancarkan haid dan melancarkan ASI.

Klasifikasi Tanaman
Kerajaan          : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta

Kelas                : M
agnoliopsida
Ordo                : Malpighiales
Famili              : E
uphorbiaceae
Genus              : E
uphorbia
Spesies            : Euphorbia pulcherrima
(Annonymousa, 2012)
Morfologi Tanaman
Secara morfologi, poinsettia mudah dibedakan dengan kerabatnya dalam satu famili Euphorbiaceae. Ciri umum kebanyakan tanaman keluarga Euphorbiaceae adalah berbatang besar, sangat sukulen, dan mudah dikenali dengan adanya duri di sepanjang tubuhnya atau seluruh bagian tubuh, sehingga menyerupai kaktus. Poinsettia tidak memiliki ciri umum seperti yang dimiliki spesies Euphorbiaceae lainnya. Dalam famili Euphorbiaceae telah ditemukan sekitar 2000 spesies yang kebanyakan merupakan tanaman gurun dan hanya beberapa di antaranya yang merupakan tanaman perdu berkayu dan hidup di daerah tropis basah atau mediteranian.
Poinsettia merupakan perdu tinggi dapat mencapai 3 meter dan membentuk tajuk berdiameter sekitar 2 meter. Tanaman ini berdaun tunggal berbentuk elips hingga bulat telur dengan tangkai yang kerap kali ditemukan adanya 2-4 lekukan. Ujung daun lancip dengan susunan tulang daun menyirip.
Poinsettia berbunga majemuk berbentuk seperti cawan dengan susunan khusus yang disebut dengan cyathium atau cyathia. Bunga ini keluar di ujung percabangan tunas. Di setiap cyathium (kumpulan cyathia) terdapat daun pelindung (bract) berbentuk seperti daun sejati yang berwarna merah, putih, atau warna lain sesuai dengan varietasnya. Poinsettia liar memiliki bract berwarna merah sebagai ciri khusus yang mudah dikenali. Dahulu orang mengenal Poinsettia karena warna merah di daun pelindungnya. Sejalan dengan perkembangan pemuliaan tanaman, di negara-negara Eropa dan Amerika saat ini telah tercipta puluhan varietas Poinsettia.
Perbedaan setiap varietas ditandai oleh bentuk dan warna daun pelindung yang berbeda-beda. Bunga Poinsettia berumah satu, berwarna kuning, dan tidak mudah rontok hingga beberapa minggu lamanya, tetapi benang sari mudah rontok. Bunga betina berada di antara bunga jantan tanpa kelopak atau mahkota, tetapi hanya dikelilingi oleh bunga semu (cyathium). Bakal buah berada di dasar cyathium dengan jumlah sebanyak 1-4 bakal buah. Penyerbukan alami dibantu oleh serangga, tetapi jarang terjadi pembuahan secara sempurna. Dengan demikian, hampir tidak pernah dijumpai adanya biji. Biji poinsettia biasanya muncul sebagai hasil penyerbukan oleh manusia dengan tujuan untuk hibridisasi (Annonymousb, 2012).

Syarat Tumbuh Tanaman
            Poinsettia merupakan tanaman yang berasal dari daerah subtropics yang tidak tahan terhadap suhu yang terlalu dingin. Suhu udara antara titik beku hingga 60C dapat menyebabkan chilling injury pada poinsettia. Suhu udara yang optimal untuk membudidayakan tanaman ini bekisar antara 16-270C. Pertumbuhan poinsettia yang dibudidayakan pada suhu udara dibawah 160C sangat lambat, sementara pada suhu 270C dapat mengganggu pertumbuhan vegetative tanaman secara optimal. Disamping itu, suhu malam hari yang lebih dari 22-240C dan berlangsung terus menerus akan mengganggu inisiasi pembungaan dan perkembangan poinsettia. Suhu pada malam hari yang bekisar antara 16-180C membantu dalam pembentukan warna dari braktea.
            Poinsettia merupakan tanaman yang termasuk kedalam tanaman hari pendek. Tanaman hari pendek tidak akan berbunga dalam kondisi lingkungan yang mendapat cahaya terus menerus. Tanaman hari pendek membutuhkan panjang hari yang tertentu yang kurang dari titik kritikal yang diperlukan agar terjadinya inisiasi pembungaan pada poinsettia yaitu 12,5 jam.

Teknik Budidaya Poinsettia (Euphorbia pulcherrima)
       Di luar habitat asalnya, tanaman ini dibudidayakan di dalam rumah kaca. Tanaman poinsettia menyenangi sinar matahari pagi, tapi senang keteduhan di saat hari mulai panas. Di negara beriklim sejuk, tanaman poinsettia tidak tahan cuaca dingin di bawah 10°C dan tidak sesuai untuk ditanam di luar ruangan.
Faktor penting pada media tanam yang digunakn dalam budidaya  poinsettia yaitu, media tanam harus bersih, subur, dan menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan bagi tanaman. Dalam budidaya tanaman dalam pot berskala besar media tanam yang digunakan umumnya adalah media non tanah. Media sintetik yang umum digunakan yaitu merupakan campuran dari peat moss, arang sekam, dengan satu macam atau lebih bahan yang lainnya, seperti perlite, vermiculite, kulit kayu, serbuk gergaji, styrofoam, ataupun pasir. Media ini umumnya lebih seragam dari media tanah, dan unsur hara bagi tanaman seluruhnya diberikan dari luar. Air untuk irigasi tanaman pot sebaiknya memiliki kandungan garam kurang dari 1 mmho/cm dengan pH berkisar antara 6-7 (Hartley,1992).
        Poinsettia diperbanyak secara vegetatif melalui stek pucuk. Stek yang akan diambil harus cukup besar, setidaknya memiliki dua daun dewasa yang terbuka penuh dan panjang sekitar 6-20 cm. stek ini akan berakar dalam 14-18 hari. Media yang dapat digunakan untuk mengakarkan stek yaitu campuran gambut dan perlite atau vermiculite dengan perbandingan 1:1. Penambahan IBA atau NAA dapat digunakan untuk mempercepat perakaran (Wogelebo,2006)
         Stek yang telah memiliki akar yang cukup dapat dipindahkan dari media perbanyakan ke dalam pot. Setelah beberapa minggu pindah tanam, pucuk apikal pucuk poinsettia dapat dipinching. Sebagai contoh, untuk menghasilkan tanaman dengan lima bunga dalam satu tanaman, harus disisakan minimal lima buku pada saat pinching.
       Poinsettia merupakan tanaman yang pembungaannya tergantung pada panjang hari. Tanaman ini tergolong dalam tanaman hari pendek dimana inisiasi dan perkembangan pembungaannya memerlukan periode gelap yang lebih lama daripada periode terang. Ada dua hal yang harus dipenuhi dalam membudidayakan poinsettia, agar tanaman tersebut berkembang secara normal. Pertama, panjang hari harus menjadi lebih pendek. Kedua, suhu udara harus dalam kisaran suhu optimal. Apabila tanaman diatur sehingga mendapat 12 jam hari gelap dan 12 jam hari terang setiap harinya, inisiasi pembungaan akan tetap terbentuk, hanya saja perkembangan bunga akan terhambat. Untuk membungakan poinsettia diluar musim berbunga, maka panjang hari harus dimodifikasi, sehingga tanaman mendapatkan 10 jam hari terang dan 14 jam hari gelap setiap harinya. Penambahan hari gelap dapat dilakukan dengan cara penyungkupan tanaman dengan kain hitam sehingga mereka mendapatkan periode hari gelap yang lebih lama (Hartley,1992).
            Penggunaan pupuk sangat penting dalam budidaya poinsettia. Poinsettia memerlukan unsurhara makro dan mikro yang cukup mendukung pertumbuhannya. Dosis pupuk yang diberikan pada awal pertumbuhan sebaiknya lebih besar daripada dosis akhir pertumbuhan. Konsentrasi pemupukan nitrogen sebesar 400 ppm umum diaplikasikan pada bulan pertama. Ketika tanaman memasuki fase pertumbuhan pesat pada bulan Oktober dan awal bulan November, konsentrasi Nitrogen diturunkan menjadi 250-300ppm. Pada poinsettia yang telah memasuki fase generatif dan membentuk braktea, konsentrasi pemupukan diturunkan kembali. Pemupukan yang berlebihan akan mengakibatkan braktea terbakar dan menurunkan kualitas poinsettia.

Zat Pengatur Tumbuh
         Zat pengatur tumbuh juga disebut dengan hormon tanaman karena peranannya dalam fisiologi tanaman yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hormon tanaman diklasifikasikan menjadi hormone tanaman alami dan  hormone tanaman sintetik berdasarkan sumber hormone tersebut. Hormon tanaman alami yaitu akuksin, gibberelin, sitokinin, etilen dan asam absisik (Acquaah,2002). Hormon tanaman juga dapat diklasifikasikan menjadi stimulant san retardan berdasarkan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman dimana asam absisik berfungsi sebaliknya (Acquaah,2002).
            Retardan diklasifikasikan menjadi retardan alami dan retardan sintetik berdasarkan sumber retardan tersebut. Contoh dari retardan alami yaitu benzoic acid, coumarin, dan cinnamic acid. Beberapa retardan sintetik umum digunakan dalam budidaya hortikultura. Contoh retardan sintetik yaitu daminozide (Alar dan B-nine), chloromequat (cycocel), ancymindol (A-Rest), paclobutrazol (Bonzi), dan maleic hydrazine. Fungsi dari retardan tersebut yaitu menghambat pemanjangan internode, membentuk tanaman menjadi kompak, dan bentuk tanaman lebih menarik (Acquaah,2002). Retardan berfungsi untuk menghambat pembentukan giberellin, yang merupakan hormone tanaman utama yang berperan dalam pemanjangan sel. Fungsi lain dari retardan yaitu untuk meningkatkan kualitas penampilan tanaman dengan mengatur tinggi dan bentuk tanaman dari cekaman stress selama tanaman dalam proses pengangkutan dari produsen ke konsumen.
            Paclobutrazol merupakan zat pengatur pertumbuhan yang digunakan untuk memodifikasi struktur fisik dari tanaman pada tanaman. Paclobutrazol merupakan retardan yang menghambat pemanjangan sel serta pemanjangan ruas batang dengan cara menghambat biosintesis giberelin. Prinsip kerja paclobutrazol di dalam tanaman menghambat biosintesis giberellin dengan cara menekan kaurene sehingga tidak terjadi pembentukan kaurenoat. Hal ini mengakibatkan penurunan laju pembelahan sel secara morfologis dimana terlihat adanya pengurangan asimilat ke pertumbuhan reproduktif untuk pembungaan. Paclobutrazol  merupakan retardan yang dapat menghambat biosintesis giberelin dalam tanaman dan menekan pengaruh asam absisik, etilen dan IAA dalam tanaman. Paclobutrazol juga dikenal dapat melindungi tanaman dari cekaman stress dan dapat meningkatkan pertumbuhan akar tanaman pada situasi tertentu (Watson,2006).

Panen dan Pascapanen
Poinsettia siap panen apabila telah berada dalam perlakuan hari pendek selama kurang lebih 7-8 minggu. Hal ini juga dapat ditentukan dari pengamatan visual terhadap poinsettia yang akan dipanen. Apabila braktea sudah merah atau putih sempurna, dan memiliki jumlah cabang sebanyak 5 cabang, tanaman tersebut sudah siap dipanen.
Poinsettia yang sudah dipanen di kebun kemudian dimasukkan ke dalam slip kertas semen, Pembungkusan ini bertujuan untuk melindungi tanaman, agar cabangnya tidak patah. Setelah dimasukkan ke dalam slip, tanaman lalu disimpan dalam gudang penyimpanan yang kemudian dipisahkan menurut order.
Pada setiap pengiriman, selalu ada cabang poinsettia yang patah ketika tanaman dipilih dan akan dibungkus dengan kertas semen. Hal ini dikarenakan batang tanaman yang terlalu rimbun dan tinggi sehingga batang tidak mampu menopang tajuk tanaman (Yulistyo, 2009).

Hama dan Penyakit
Penyakit pada poinsettia yang disebabkan oleh bakteri diantaranya penyakit bercak daun bakteri dan penyakit kanker bakteri. Penyakit bercak daun bakteri disebabkan oleh bakteri Xanthomonas poinsettiaecola. Penyakit ini menyebabkan daun berubah warna menjadi kuning dan gugur lebih awal. Penyakit kanker bakteri disebabkan oleh bakteri Cornyebacterium poinsettia. Tanaman yang terinfeksi terlihat dari adanya garis seperti memar pada batang hijau dan juga terlihat sebagai bintik-bintik atau semburat hitam pada daun. Infeksi yang berat dapat menyebabkan daun berguguran dan matinya tanaman.
Penyakit kapang kelabu yang disebabkan oleh cendawan Botrytis cinera, merupakan penyakit yang sering menyerang poinsettia, terutama ketika kondisi lingkungan tumbuh tanaman lembab dan dingin. Gejala serangan yaitu kelompok-kelompok bunga dan braktea menjadi kering dan berwarna kecoklatan. Kapang terlihat berwarna keabu-abuan, seperti tepung, dan terdsapat pada bagian tanaman yang telah mati. Penyakit lain yang sering menyerang poinsettia yaitu penyakit busuk akar yang disebabkan oleh Pythium sp. Penyakit ini merupakan penyakit yang sering menyerang pembudidayaan poinsettia secara komersial. Penyakit ini menyebabkan busuk pada ujung akar dan jaringan korteks. Gejala serangan dapat juga menyebabkan daun berubah warna menjadi kuning dan busuk.
Hama umum yang menyerang poinsettia yaitu aphid akar (Pemphigus sp.), mealybugs (Planococcus citri dan Pseudococcus longispinus), dan tungau (Tetranychus urticae). Whiteflies (Trialeurodes vaporariorum) merupakan hama yang sering menyerang tanaman di dalam greenhouse. Hama ini menghisap cairan yang berada dalam jaringan tanaman (Yulistyo, 2009).


DAFTAR PUSTAKA 
Acquaah, G. 2002. Horticulture Principles and Practices. Upper Saddle River. Pearson Education, Inc. 787 p.
Annonymousa. 2012. Klasifikasi Kastuba. http://id.wikipedia.org/wiki/Kastuba Diakses pada 15 Maret 2012
Annonymousb. 2012. Morfologi Bunga Kastuba. http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20091209042643AAftbfq Diakses pada 15 Maret 2012
Hartley,D.E. 1992. Introduction to Floriculture. Academic Press Inc. San Diego.
Smith, C. 2008. Perfect Poinsettias. http:/www.cindyha.wordpress.com/2008/12/3/perfect-poinsettias/. Diakses pada 15 Maret 2012
Wogelebo,R.M. 2006. Pertumbuhan dan Perkembangan Poinsettia Varietas Primero Red pada Perlakuan Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Cycocel. IPB. Bogor.
Yulistyo, Hadi. 2009. Perbandingan Budidaya Poinsettia (Euphorbia pulcherrima) di PT MJ Flora, Indonesia dengan Metrolina Greenhouses, Amerika Serikat. IPB: Bogor

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanaman C3, C4, dan CAM

Berdasarkan tipe fotosintesis, tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu C3, C4, dan CAM ( crassulacean acid metabolism ). Tumbuhan C4 dan CAM lebih adaptif di daerah panas dan kering dibandingkan dengan tumbuhan C3. Namun tanaman C3 lebih adaptif pada kondisi kandungan CO 2 atmosfer tinggi. Sebagian besar tanaman pertanian, seperti gandum, kentang, kedelai, kacang-kacangan, dan kapas merupakan tanaman dari kelompok C3. Tanaman C3 dan C4 dibedakan oleh cara mereka mengikat CO2 dari atmosfir dan produk awal yang dihasilkan dari proses assimilasi. Contoh tanaman C3 antara lain : kedelai, kacang tanah, dan kentang, sedangkan contoh tanaman C4 adalah jagung, sorgum dan tebu.

Membuat Yoghurt di Rumah

Assalamualaikum, kali ini saya akan berbagi cara membuat yoghurt yang mudah dan murah di rumah. Langsung saja beri tahu caranya. Pertama, kita siapkan bahan dan alat yang digunakan: - susu UHT - bibit yoghurt - wadah plastik dengan tutup - pengaduk / sendok Langkah pembuatan: 1. campurkan satu cup bibit yoghurt dengan satu liter susu 2. aduk rata lalu tutup rapat 3.  simpan selama 8-10 jam ditempat tertutup dan terhidar dari sinar matahari

Jerawat kabur = Clean & Clear essentials foaming facial wash ^^

Kali ini aku ingin sedikit bercerita dan berbagi tips masalah kulit berminyak. Perlu diketahui kalo kulit berminyak rentan ditumbuhi jerawat dan komedo, sehingga kurang sedap dipandang :p.. Kulit pria umumnya lebih berminyak daripada wanita. Dan kulitku ini termasuk jenis kulit yg...... berminyak T_T. Sudah berbagai macam produk facial wash aku coba tapi hasilnya kurang memuaskan :( Once upon a time, aku jalan-jalan ke suatu supermarket dan melihat produk Clean & Clear . Waktu itu aku ragu untuk membelinya (sudah hopeless untuk produk pencuci muka). Tapi berhubung sabun pencuci mukaku di rumah udah habis, so terpaksa harus beli deh. Untuk kesekiankalinya aku coba ganti produk (lagi-lagi).. dan pilihan jatuh kepada..... *taraaaaaa* >>  Clean & Clear essentials foaming facial wash :) Setelah tiga hari pemakaian sudah terasa hasilnya (dua kali sehari, pagi dan sore), kulit mukaku jadi lebih cerah, minyak jauh sangat berkurang, dan jerawat mengering. Awalnya masih gak